MENULIS SEJARAH DESA SENDIRI
MENCOBA
MENULIS SEJARAH DESA SUMBANG
Menulis
sejarah desa sendiri……….. ? untuk
apa menulis sejarah desa sendiri, hanya buang-buang waktu, melakukan hal yang
tidak penting, sejarah desa bukan hal yang penting, sulit dan desa tidak ada
biaya untuk menulis buku………. Itu pengertian umum hampir disetiap desa
diSumbang, sehingga menulis sejarah desa sendiri merupakan suatu kemewahan,
tetapi sebenarnya pengertian diatas adalah pengertian klasik dan bisa dipertanyakan kebenarnya, buktinya
sudah ada beberapa desa yang sudah mampu dengan baik menulis sejarah desanya
sendiri.
Buang jauh-jauh pengertian bahwa menulis sejarah harus oleh ahli
sejarah, pakar sejarah, minimal tokoh yang berpengaruh didesa itu, sebetulnya
menulis sejarah desanya sendiri hanya perlu niat yang tulus,sedikit mampu
berfikir kreatip, dan punya waktu untuk mencari bahan tulisan pada kesepuhan
desa, tomas atau orang yang tahu sedikit cerita-cerita lama berupa situs atau
artefak sejarah lain yang ada didesa itu. Bahan –bahan ini yang biasanya sangat
terbatas, harus dielaborasi dengan sejarah tulis yang sudah baku dikabupaten
Banyumas, yaitu berupa babad atau
referensi lain lewat internet.
Hal berikut yang juga penting dalam menulis sejarah desa adalah target
utama bukan mencari kebenaran sejarah
secara mutlak, tetapi mencari pijakan sejarah pada tokoh atau pelaku
sejarah yang mampu meng inspirasi generasi muda pada saat ini dan pada masa
depan, agar generasi berikut mempunyai tokoh idola lokal yang mampu menjadi
kebanggaan desa bersangkutan. Pola ini memang akan dekat sekali dengan
pengkultusan, pada individu tertentu, tetapi asal penulis tidak mempunyai motiv
negatip, maka mencari tokoh idola adalah sah-sah saja, asal ditulis dengan cara
yang wajar dan lumrah.
Untuk membuka inspirasi dalam menulis sejarah desa, penulis bisa kerjasama
dengan para penggiat budaya Jawa ( paguyuban budaya ), yang mempunyai kemampuan
untuk berkomunikasi secara metafisik (
supranatural ) dengan para tokoh sejarah yang telah meninggal ( arwah ).
Memang informasi dari hasil
komunikasi dengan cara supranatural ini, tidak bisa digunakan sepenuhnya
sebagai data sejarah, tetapi biasanya berguna untuk menyambung informasi yang
didapat secara lesan dari para kesepuhan yang hanya mampu memberi data yang
hanya sepotong-sepotong dan juga data yang terkadang justru saling berlawanan
dari arus besar yang sedang berusaha dirangkai, intinya penulis bisa
menggunakan informasi apa saja, yang mampu membantu merangkai pola sejarah yang
akan dibangun.
Sejarah desa yang terbaik adalah yang
ditulis oleh warga masyarakat desa sendiri, yang secara umum mampu
mengekspresikan warga desa itu sendiri, asal sudah menjadi kesepakatan bersama,
maka kebenaran sejarah bisa menjadi nomor sekian, yang penting sejarah bisa
untuk titik pijak bagaimana desa mau membangun yang didasarkan kearifan lokal
dan potensi desa yang riil ada.Desa membentuk panitia penelusuran sejarah desa,
yang terdiri dari tomas yang mempunyai kepedulian terhadap desa dan punya waktu
yang cukup, tidak harus orang yang ahli atau berpendidikan tinggi, tetapi harus mampu berfikir kreatip dan tidak
menghargai dirinya setiap langkah dengan uang. Tim penelusuran sejarah desa
mengundang kesepuhan, tokoh masyarakat yang dianggap tahu sejarah masing-masing
grumbul, misal setiap kadus mengirimkan 4 – 5 orang tokoh masyarakat, yang
dikumpulkan dibalai desa, dan panitia meminta satu persatu bercerita yang tahu
tentang informasi sejarah desa atau grumbulnya, mereka bebas mengungkapkan semua
informasi yang mereka dapatkan baik dari cerita dari orang tua jaman dahulu
atau dari cerita lesan turun menurun yang didapat dari lingkungannya.
Dari cerita para kesepuhan itu,
tugas panitia adalah memilah cerita yang ada benang merah dan dapat disimpulkan
pada satu atau dua arus utama, yang akan digunakan sebagai kerangka cerita
sejarah yang akan disepakati bersama, dan panitia harus mampu mengelaborasi
dengan babad baku Banyumas yang sudah dikenal oleh umum, dan juga informasi
dari penggiat budaya jawa yang mampu berkomunikasi secara supranatural.
Bila panitia sudah mempunyai kerangka
cerita sejarah desa secara umum, dan mempunyai 2 – 3 versi yang berbeda, maka
panitia mempresentasikan kembali didepan tokoh masyarakat dan narasumber yang
pernah diundang dibalai desa, maka panitia akan mampu menyimpulkan sejarah desa
versi mana yang secara umum akan digunakan sebagai kerangka dasar penulisan
sejarah desa sendiri. Pada tahap ini ada hal yang krusial yaitu panitia harus
mempunyai prinsip jangan memaksakan versi tertentu, tapi harus para tokoh ini
yang mempunyai hak penuh untuk menentukan versi mana yang akan dibakukan, ini
penting agar supaya sejarah desa bukan hanya milik panitia, tapi akan menjadi
milik bersama seluruh masyarakat desa itu.
Secara umum dapat disimpulkan,
menulis sejarah desa bukan hal yang sulit, hanya butuh waktu dan kepedulian
yang nyata dari semua masyarakat yang ada didesa itu, tanpa kepedulian yang
tinggi sejarah desa tidak mungkin mampu dibuat, tanpa kebersamaan sejarah desa
tidak mungkin mampu dicetak, sejelek atau sesederhana apapun, itu lebih baik
dari pada desa tidak mempunyai samasekali catatan tertulis sejarah desanya
sendiri, adapun kebenaran sejarah yang
mutlak hanya milik Gusti Alloh yang maha mengetahui……. Amin.
Sumbang, 14
Februari 2015
BKAD SUMBANG
0 komentar:
Posting Komentar