SEGA PENGGEL & WEDANG TENGGELONG
KULINER
ASLI SUMBANG
Sega penggel, sebetulnya hanya nasi dari
beras pari jawa, yang setelah ditanak ( didang ), digelar pada papan bambu yang
disebut Ian/Iyan ( ancak ), digelar
nasinya, diangin-angin dengan tipas besar ( Ilir ), sambil diaduk-aduk
menggunakan centhong, sampai nasi menjadi pulen, lalu dibuat golong kecil-kecil
lalu dibungkus dengan daun pisang. Lauknya adalah jangan dage,beweh dan
kecambah kuning ( dari kedelai hitam), mendoan,sayur gendot, sayur pakis,
sambal trasi, rempeyek gesek
, srundeng dll.
, srundeng dll.
Kearifan
lokal sega penggel :
Ini kearifan lokal makan penggel dari
Sumbang, untuk kuat dan ber energy tidak perlu doping, tidak perlu minum jamu
kuat , cukup makan penggel, kenyang dan sehat.
Bila masyarakat Sumbang mau kembali pada kerifan lokalnya
makan “sega penggel” maka akan membuat
revolusi dunia pertanian diSumbang, yaitu membuat REVOLUSI MENTAL para petani
dan buruh tani antara lain : Petani akan menanam padi dengan cara tradisional,
menggunakan pupuk kandang, obat2an non kimia, cara memanen dan memproses padi
cara tradisional, menanam pari Jawa yang pulen, dan kita semua kembali
bersahabat dengan alam, kembali menemukan jatidiri orang desa, yang sederhana,
peduli dengan alam dan selalu ingat pada yang membuat hidup dengan melakukan
ritual tradisional, mimiti, tulak bala dan yang lain, semua ritual itu
sebetulnya hanya wujud bahwa manusia harus selalu berterima kasih pada
dzat yang telah memberi kehidupan pada
kita semua.
Penggel akan mampu membimbing
masyarakat Sumbang, menemukan jatidiri sebagai manusia dari desa yang
seutuhnya, membimbing kembali ke alam, belajar kehidupan dengan alam,
memasrahkan kepatuhan pada yang memelihara alam yaitu Gusti Alloh SWT.
Wedang Tenggelong, kalau ini
adalah jenis minuman khas Sumbang, yang sudah banyak dilupakan orang, sudah
banyak orang Sumbang sendiri lupa bahwa kita punya jenis minuman yang saat ini
sudah hilang dari lingkungan masyarakat desa-desa diSumbang sendiri. Wedang
Tenggelong sebetulnya hanya sejenis minuman yang dahulu sering dibuat oleh para
petani desa-desa diSumbang, karena bahanya adalah dari untaian padi pari jawa,
yang mempunyai untaian padi yang panjang, yang diambil adalah padi yang masih
muda ( masih berwarna hijau dari pari ketan ), untaian padi ditanak ( didang )
memakai kusan lalu untaian padi dijemur (dipe) setelah kering padi ditumbuk
untuk diambil butiran berasnya, lalu beras dimasukan ke gelas dengan ditambah
gula jawa, lalu dicor dengan air panas seperti mau membuat kopi panas, maka
jadilah wedang tenggelong, rasanya seperti wedang tape ketan, yang juga dikenal
sebagai minuman khas daerah wetan ( jogyakarta ).
Apapun itu, ini juga kearifan lokal
dari Sumbang yang patut dikenalkan pada masyarakat luas, kalau selama ini kita
merasa belum mempunyai identitas wilayah, mungkin sega penggel dan wedang tenggelong bisa mewakili citra kecamatan
Sumbang, jangan hanya dikenal sebagai kecamatan blero ( fals ), orang luar
sering meng olok-olok kita sebagai orang Sumbang, usulan Sumbang, suara
Sumbang, itu semua terjadi karena masyarakat kecamatan Sumbang belum mempunyai
identitas yang mampu dibanggakan, kita juga belum mampu menjelaskan pada
khalayak umum apa arti Sumbang yang sebenarnya, padahal nama Sumbang justru menjadi
nama yang sangat dekat dengan sejarah berdirinya desa dan kecamatan Sumbang,
tetapi kita sendiri orang Sumbang, banyak yang belum paham, kenapa wilayah
kita, desa kita disebut Sumbang. Dari para sesepuh dan pemerhati budaya yang
ada didesa Sumbang, nama Sumbang diambil dari nama orang yang menjadi cikal
bakal penduduk desa Sumbang, yaitu Kyai Panumbang, seorang kyai penyebar agama
islam, yang bersama dengan kyai Ageng, dan eyang Tirtakrama, yang merupakan
penghuni awal desa Sumbang dan setelah meninggal juga dikuburkan dikomplek
kuburan desa Sumbang. Karena dihuni oleh kyai Panumbang, maka desa yang
ditempati sebagai tempat mengajar ilmu agama islam, disebut desa Numbang,
artinya desa yang dihuni kyai Panumbang, lama-lama lafal N karena agak sulit
akhirnya luruh menjadi lafal S sehinggga orang lebih mudah menyebut sebagai
Sumbang, jadi pengertian Sumbang disini sama sekali tidak ada hubungannya
dengan istilah bahasa Indonesia bahwa Sumbang adalah fals/blero, tetapi justru
merujuk nama cikal bakal penghuni desa Sumbang pada jaman dahulu yaitu kyai
Panumbang.
Menjadi kewajiban kita sebagai
orang dari kecamatan Sumbang, untuk menjelaskan jatidiri nama Sumbang, bukan
hanya sebagai identitas wilayah, tetapi nama Sumbang juga menjadi kearifan lokal,
menjadi nama yang mampu membedakan dari kecamatan lain karena nama Sumbang
adalah nama yang dihubungkan dengan cikal bakal, leluhur, nenek moyang kita
semu warga desa dan kecamatan Sumbang.
Sebagai tambahan informasi pada
masyarakat luas, bahwa berbekal sega penggel dan wedang tenggelong, kecamatan
Sumbang mampu menjadi juara ke I dalam lomba makanan & minuman tradisional
Banyumas, dimana para yuri yang menilai datang dari para chef ( ahli juru masak
) hotel-hotel berbintang diPurwokerto, lomba ini mestinya dapat untuk
membuktikan bahwa sega penggel & wedang tenggelong makanan ndeso ternyata
mampu menjadi juara, semoga kedepan juga mampu menjadi identitas wilayah
Sumbang. Siapa yang wajib mengenalkan
kyai Panumbang, sega Penggel, wedang Tenggelong ya mestinya kita semua warga
kecamatan Sumbang, minimal orang Sumbang mengenal sejarah desa dan kecamatan
sendiri, tahu makanan tradisionalnya, tahu kesenian dan budayanya, tahu ritual
tradisinya yang itu semua nantinya akan mampu menjadi identitas budaya yang
khas kecamatan Sumbang.
Kita lebih mengenal nasi kucing,
nasi bandem, nasi uduk, nasi langgi dll yang sebetulnya bukan kuliner asli
Banyumas, menjadi kewajiban kita bersama untuk mengenalkan nasi Penggel,
sebagai identitas wilayah Sumbang, nasi bungkus yang kecil tapi mampu membuat
kenyang ( wareg ) ini adalah kuliner khas yang luar biasa. Sebagai warga yang
berbudaya mestinya kita tidak perlu, terlalu membanggakan semua hal yang datang
dari luar wilayah apalagi luar negeri, kita harus bangga pada apa yang menjadi
milik kita kyai Panumbang, sega Penggel, wedang Tenggelong adalah sebagian
kecil milik kita yang sudah lama sekali ditinggalkan, sampai kita semua,
generasi muda kita justru sudah tidak mengenalnya. Coba teman kita renungkan
Mendoan yang menjadi identitas Banyumas, ternyata hampir 70 % bahanya,
merupakan kedelai impor dari Amerika, apa kita harus bangga hanya punya “
Mendoan made in America “, kemajuan
kecamatan Sumbang hanya mampu dicapai bila kita semua mau nguri-uri apa yang
kita punya, dengan jalan budaya nantinya kecamatan Sumbang akan mampu menemukan
identitas wilayah yang mampu menjadi jatidiri kecamatan Sumbang………. Insya
Alloh.
SUMBANG, 03
SEPT 2014
BKAD SUMBANG
0 komentar:
Posting Komentar