f BERGAUNG CALUNG ~ UPK PNPM Kec. Sumbang

Minggu, 10 Mei 2015



BANYUMAS
BERGAUNG CALUNG

                
             Banyumas bergaung calung, ide bagus yang cemerlang, ide ini pasti datang dari teman yang ada didinas Pariwisata Banyumas, yang memang sudah lama mempunyai gagasan ini, baru tahun 2015 ini bertepatan dengan momen hari jadi kabupaten Banyumas, ide itu mampu direalisasikan dilapangan, dan baru kali ini ada acara nanggap calung serentak disemua kecamatan, otomatis ini juga menjadi rejeki baru bagi para seniman calung dimasing-masing kecamatan. Walau disadari benar bahwa apa sih artinya calung hanya ditanggap setahun sekali, tetapi sebagai wujud perhatian pemerintah itu sudah lebih dari cukup, bukan secara materi, tetapi mengakui eksistensi para seniman calung, itu menjadi hadiah sangat berharga dari pemerintah pada para seniman pada saat hari jadi kabupaten Banyumas yang ke 433 ini. Apa yang dibayangkan tentang bergaung calung itu, katanya terinspirasi pada saat ada acara wisata ke pulau dewata Bali, pada saat masuk kewilayah Bali pasti kita semua akan mendengar suara musik yang khas, dan sangat dekat dengan citra budaya Bali, mendengar suara itu seakan menjadi penanda bahwa kita telah memasuki pulau Dewata, yang berbeda dengan pulau Jawa, dan disana kita akan menemukan hal yang khas dan berbeda, yaitu destinasi wisata budaya yang sudah tersohor didunia, yang hanya ada dipulau Bali, Bali lebih dikenal masyarakat dunia dari pada Indonesia, ini baru luar biasa. Ide memang bisa didapatkan dimana saja, tetapi hal yang tidak mudah adalah merealisasikan ide itu pada tataran yang nyata, yang mampu diapresiasi dengan baik oleh masyarakat, terutama juga jajaran birokrasi lain yang kadang tidak mesti mampu menerjemahkan apa maksudnya ide itu. Pada saat awal yang dibayangkan adalah, setiap masuk kehotel diwilayah Banyumas, para tamu  akan diperdengarkan musik calung yang akan dicitrakan sebagai musik khas Banyumas, tetapi ternyata program ini belum mampu berjalan dengan baik, mungkin idenya belum nyambung dengan pengelola hotel yang ada diwilayah Banyumas.
                        
            Melestarikan kesenian tradisional Banyumas, kalau hanya berkata-kata memang sangat gampang, tetapi sesungguhnya melestarikan kesenian adalah kerja besar bukan hanya sekedar ide, tetapi yang terpenting harus melibatkan beberapa institusi yang kadang justru tidak ada hubunganya dengan dinas kebudayaan dan pariwisata. Banyumas yang mempunyai kesenian tradisional lebih dari limapuluh jenis, mempunyai ancaman yang nyata, dimana jenis kesenian ini hanya dimainkan oleh orang tertentu didaerah tertentu, bila para pelaku sudah mati maka jenis kesenian ini akan terancam hilang, karena tidak ada lagi yang menjadi penerus pelaku jenis kesenian itu, maka generasi mendatang akan kehilangan satu persatu jenis kesenian itu, dan hanya akan menjadi cerita lesan yang sangat sulit untuk merekontruksi jenis kesenian itu.
            Kondisi diatas perlu kepedulian semua pihak, minimal ada yang mendata semua jenis kesenian tradisional yang pernah ada dan berkembang di Banyumas, bergaung calung ini hanya salah satu upaya yang mampu secara nyata dilakukan untuk melestarikan salah satu jenis kesenian tradisional Banyumas yaitu Calung.
            Mestinya harus ada banyak lagi acara, gerakan masyarakat, yang ditujukan pada pelestarian kesenian tradisioal, hanya memang bukan hal yang mudah, banyak orang masih memaknai pelestarian itu secara harafiah saja, padahal mestinya pelestarian ini harus dimaknai secara luas, sebenarnya melestarikan agak berbeda dengan pemasalan, bergaung calung ini lebih dekat kepada pemasalan kesenian calung, maka yang dipilih adalah pada momen hari jadi, nanggap calung disemua kecamatan , artinya yang dilakukan itu hanya insidentil, digerakan oleh birokrasi ( dikecamatan ),berupa tanggapan ( ada unsur bayaran ), ditujukan untuk hiburan bukan semata-mata untuk pelestarian, sehingga masih sangat jauh dari target untuk melestarikan kesenian tradisional Banyumas. Bila memang arahnya pelestarian,  calung, lengger, ebeg, secara umum masih banyak pelaku seni yang masih dengan sangat baik memainkan jenis kesenian ini, ebeg Banyumas malah menjadi titik balik, sekarang ini banyak anak muda yang dengan bangga ikut berlatih ebeg sebagai pilihan kesenian yang mereka minati, gejala ini suatu anomaly positip yang secara sosial sangat luar biasa. Sebenarnya ini menjadi fenomena yang agak aneh, dijaman serba tablet,getjet, tetapi masih ada pemuda yang mau berlatih ebeg, ini menjadi suatu yang luar biasa.
                     
            Melestarikan kesenian tradisional adalah melestarikan para pelaku seni itu sendiri, bergaung calung menjadi suatu upaya awal, tetapi tanpa upaya lanjutan yang lebih terencana, ini hanya akan menjadi ajang seremonial yang sudah sering dilakukan selama ini, hanya bedak/pupur budaya, yang hanya artifisial semata. Kita harus mulai melihat kesenian tradisional ini, seperti melihat kondisi kemiskinan yang ada dimasyarakat, untuk bisa berdaya masyarakat miskin harus ada program khusus pengentasan kemiskinan, yaitu program pembangunan yang melihat manusia sebagai pelaku utama, penguatan, pemberdayaan dan kemandirian menjadi pintu utama untuk mendorong masyarakat secara mandiri mampu keluar dari jebakan kemiskinan itu. Pelaku seni tradisional juga harus dilihat seperti pola diatas, maka melestarikan seni tradisi, harus mengangkat harkat dan martabat pelaku seni itu, mendorong para seniman mandiri, dengan memberikan penguatan dan pemberdayaan, dengan membuat program yang khusus pengentasan kemiskinan para seniman, dengan cara mendesain acara yang mampu menghidupi seniman, dan secara bersamaan meningkatkan harkat dan martabat para seniman, bekerja lebih fokus untuk mampu menciptakan inovasi-inovasi baru dalam berkesenian, walau seni tradisi, tidak boleh berhenti berinovasi, karena apapun jenis kesenian yang ada yang menjadi panglima adalah kreativitas para pelakunya, tanpa kreativitas seni akan mati.
                                           
            Banyumas harus segera membangun destinasi wisata budaya yang terpadu, yang berfungsi untuk tempat belajar generasi muda Banyumas, lebih mengenal dan memahami seni tradisi daerahnya, untuk memberikan kebanggaan pada generasi  muda bahwa orang Banyumas mempunyai seni tradisi yang sangat hebat, tidak kalah dengan daerah lain, Destinasi wisata baru bagi wisatawan lokal atau mancanegara, yang selama ini masih enggan datang ke Banyumas, Tempat berkarya dan menempa diri para seniman untuk mampu menemukan inovasi baru seni tradisi itu, Tempat untuk pemberdayaan dan belajar kemandirian dan memperoleh kehormatan sebagai seniman, karena berperan sebagai guru bangsa yang mampu mengajarkan keluhuran budi pada generasi  muda lewat laku seni yang adiluhung. Sekarang ini banyak sekali sanggar seni, yang sudah tersebar diseluruh kecamatan, tetapi hampir semua sanggar seni hanya mengajarkan beberapa jenis kesenian tradisional yang sudah terkenal saja, misal lengger, ebeg, atau yang lain kurang dari sepuluh jenis, padahal masih ada puluhan jenis kesenian tradisional yang perlu diselamatkan dari kepunahan, tanpa ada langkah yang jelas dan cerdas, banyaknya sanggar seni tidak mampu membantu masalah utama yang dihadapi kesenian tradisional Banyumas.
             Hal mendesak yang dibutuhkan Banyumas, adalah lokasi yang terletak dipedesaan, yang mampu mencitrakan aura Banyumas secara budaya, yang sampai hari ini belum ada, dan desa budaya Gandatapa ( DBG ) menjadi salah satu alternatip yang layak diajukan, dengan aura Banyumas yang sangat kuat didukung situs-situs yang sangat dekat dengan akar seni tradisional Banyumas seperti situs Candi Ebeg dan situs Candi Ronggeng, dan situs sejarah yang lain, akan sangat tepat untuk menjadi lokasi tempat pengkajian seni tradisional Banyumas.

Minggu,  12 april 2015
BKAD SUMBANG


0 komentar:

Posting Komentar

Design by NewWpThemes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Templates | NewBloggerThemes.com | Modified by Rangga Setiawan