BANYUMAS
BERGAUNG
CALUNG
Banyumas
bergaung calung, ide bagus yang cemerlang, ide ini pasti datang dari teman yang
ada didinas Pariwisata Banyumas, yang memang sudah lama mempunyai gagasan ini,
baru tahun 2015 ini bertepatan dengan momen hari jadi kabupaten Banyumas, ide
itu mampu direalisasikan dilapangan, dan baru kali ini ada acara nanggap calung
serentak disemua kecamatan, otomatis ini juga menjadi rejeki baru bagi para
seniman calung dimasing-masing kecamatan. Walau disadari benar bahwa apa sih
artinya calung hanya ditanggap setahun sekali, tetapi sebagai wujud perhatian
pemerintah itu sudah lebih dari cukup, bukan secara materi, tetapi mengakui
eksistensi para seniman calung, itu menjadi hadiah sangat berharga dari pemerintah
pada para seniman pada saat hari jadi kabupaten Banyumas yang ke 433 ini. Apa yang dibayangkan tentang bergaung calung itu, katanya terinspirasi
pada saat ada acara wisata ke pulau dewata Bali, pada saat masuk kewilayah Bali
pasti kita semua akan mendengar suara musik yang khas, dan sangat dekat dengan
citra budaya Bali, mendengar suara itu seakan menjadi penanda bahwa kita telah
memasuki pulau Dewata, yang berbeda dengan pulau Jawa, dan disana kita akan
menemukan hal yang khas dan berbeda, yaitu destinasi wisata budaya yang sudah
tersohor didunia, yang hanya ada dipulau Bali, Bali lebih dikenal masyarakat
dunia dari pada Indonesia, ini baru luar biasa. Ide memang bisa didapatkan dimana saja, tetapi hal yang tidak mudah adalah
merealisasikan ide itu pada tataran yang nyata, yang mampu diapresiasi dengan
baik oleh masyarakat, terutama juga jajaran birokrasi lain yang kadang tidak
mesti mampu menerjemahkan apa maksudnya ide itu. Pada saat awal yang
dibayangkan adalah, setiap masuk kehotel diwilayah Banyumas, para tamu akan diperdengarkan musik calung yang akan dicitrakan sebagai musik khas Banyumas, tetapi
ternyata program ini belum mampu berjalan dengan baik, mungkin idenya belum
nyambung dengan pengelola hotel yang ada diwilayah Banyumas.
Melestarikan kesenian tradisional
Banyumas, kalau hanya berkata-kata memang sangat gampang, tetapi sesungguhnya
melestarikan kesenian adalah kerja besar bukan hanya
sekedar ide, tetapi yang terpenting harus melibatkan beberapa institusi yang
kadang justru tidak ada hubunganya dengan dinas kebudayaan dan pariwisata.
Banyumas yang mempunyai kesenian tradisional lebih dari limapuluh jenis,
mempunyai ancaman yang nyata, dimana jenis kesenian ini hanya dimainkan oleh
orang tertentu didaerah tertentu, bila para pelaku sudah mati maka jenis
kesenian ini akan terancam hilang, karena tidak ada lagi yang menjadi penerus
pelaku jenis kesenian itu, maka generasi mendatang akan kehilangan satu persatu
jenis kesenian itu, dan hanya akan menjadi cerita lesan yang sangat sulit untuk
merekontruksi jenis kesenian itu.
Kondisi diatas perlu kepedulian
semua pihak, minimal ada yang mendata semua jenis kesenian tradisional yang
pernah ada dan berkembang di Banyumas, bergaung calung ini hanya salah satu
upaya yang mampu secara nyata dilakukan untuk melestarikan salah satu jenis
kesenian tradisional Banyumas yaitu Calung.
Melestarikan kesenian tradisional
adalah melestarikan para pelaku seni itu sendiri, bergaung calung menjadi suatu
upaya awal, tetapi tanpa upaya lanjutan yang lebih terencana, ini hanya akan
menjadi ajang seremonial yang sudah sering dilakukan selama ini, hanya
bedak/pupur budaya, yang hanya artifisial semata. Kita harus mulai melihat
kesenian tradisional ini, seperti melihat kondisi kemiskinan yang ada
dimasyarakat, untuk bisa berdaya masyarakat miskin harus ada program khusus
pengentasan kemiskinan, yaitu program pembangunan yang melihat manusia sebagai
pelaku utama, penguatan, pemberdayaan dan kemandirian menjadi pintu utama untuk
mendorong masyarakat secara mandiri mampu keluar dari jebakan kemiskinan itu.
Pelaku seni tradisional juga harus dilihat seperti pola diatas, maka
melestarikan seni tradisi, harus mengangkat harkat dan martabat pelaku seni
itu, mendorong para seniman mandiri, dengan memberikan penguatan dan
pemberdayaan, dengan membuat program yang khusus pengentasan kemiskinan para
seniman, dengan cara mendesain acara yang mampu menghidupi seniman, dan secara
bersamaan meningkatkan harkat dan martabat para seniman, bekerja lebih fokus
untuk mampu menciptakan inovasi-inovasi baru dalam berkesenian, walau seni
tradisi, tidak boleh berhenti berinovasi, karena apapun jenis kesenian yang ada
yang menjadi panglima adalah kreativitas para pelakunya, tanpa kreativitas seni
akan mati.
Banyumas harus segera membangun
destinasi wisata budaya yang terpadu, yang berfungsi untuk tempat belajar
generasi muda Banyumas, lebih mengenal dan memahami seni tradisi daerahnya,
untuk memberikan kebanggaan pada generasi
muda bahwa orang Banyumas mempunyai seni tradisi yang sangat hebat,
tidak kalah dengan daerah lain, Destinasi wisata baru bagi wisatawan lokal atau
mancanegara, yang selama ini masih enggan datang ke Banyumas, Tempat berkarya
dan menempa diri para seniman untuk mampu menemukan inovasi baru seni tradisi
itu, Tempat untuk pemberdayaan dan belajar kemandirian dan memperoleh
kehormatan sebagai seniman, karena berperan sebagai guru bangsa yang mampu
mengajarkan keluhuran budi pada generasi
muda lewat laku seni yang adiluhung. Sekarang ini banyak sekali sanggar
seni, yang sudah tersebar diseluruh kecamatan, tetapi hampir semua sanggar seni
hanya mengajarkan beberapa jenis kesenian tradisional yang sudah terkenal saja,
misal lengger, ebeg, atau yang lain kurang dari sepuluh jenis, padahal masih
ada puluhan jenis kesenian tradisional yang perlu diselamatkan dari kepunahan,
tanpa ada langkah yang jelas dan cerdas, banyaknya sanggar seni tidak mampu
membantu masalah utama yang dihadapi kesenian tradisional Banyumas.
Hal mendesak yang dibutuhkan
Banyumas, adalah lokasi yang terletak dipedesaan, yang mampu mencitrakan aura
Banyumas secara budaya, yang sampai hari ini belum ada, dan desa budaya
Gandatapa ( DBG ) menjadi salah satu alternatip yang layak diajukan, dengan
aura Banyumas yang sangat kuat didukung situs-situs yang sangat dekat dengan
akar seni tradisional Banyumas seperti situs Candi Ebeg dan situs Candi Ronggeng,
dan situs sejarah yang lain, akan sangat tepat untuk menjadi lokasi tempat
pengkajian seni tradisional Banyumas.
Minggu, 12 april 2015
BKAD
SUMBANG
0 komentar:
Posting Komentar