f Juni 2015 ~ UPK PNPM Kec. Sumbang

Selasa, 16 Juni 2015



Jaman gemiyen acara sadranan dilakoni kanggo pemujaan maring leluhur uga njaluk maring arwah leluhur, sebab dipercaya nek arwah leluhur sing wis meninggal kuwe jane esih urip bareng nang dunia kiye. Upacara sadranan jaman gemiyen nganggo ubarampe sing isine sesajen panganan-panganan sing ora enak dipangan contone: daging mentah, getih ayam, kluwak lyy.
Bar Agama Islam melebu, para Wali ngerobah upacara sadranan kiye kanthi cara alus ben pada karo ajaran Islam. Pemujaan karo permohonan maring leluhur dirobah dadi dhonga maring Gusti Allah. Sesajen sing ora enak dipangan diganti dadi sajian panganan sing enak. Upacara sing gemiyen dianakna nang kuburan terus dipindah nang Masjid utawa Mushalla/Langgar uga bisa nang omah kerabat sesepuh/pinisepuh.
Rangkaian Kegiatan
  • Bersih Makam: Sing diresiki yaiku makam leluhur karo sedulur malah kadang dilanjut karo resik-resik desa (bersih desa). Ana daerah-daerah sing ngarani sadranan sebagai Upacara Bersih Desa. Acara kiye dianakna esuk nganti meh Shalat Dhuhur.
  • nDonga: nDonga maring Gusti Pengeran kanggo keselamatan kerabat sing esih urip karo ngirim doa kanggo ketentraman arwah kerabat sing wis meninggal.
  • Kenduren: Acara kenduren sadranan kiye biasa diarani Ruwahan. Sing diundang umume kerabat karo tangga-tangga pedhek.
Sajian panganane biasane ana 2 bagian, jajanan karo panganan kanggo kenduren. Jajanan umume Jajan Pasar, kuwe di tata sebagai ambengan terus dibagi-bagi bar acara ndonga sing dipimpin Imam Masjid, acara kuwe biasane dianakna bar Shalat Dhuhur. Acara Kenduren umum dianakna mbengine.
Hakekat & Makna
Sadranan kuwe hakekate yaiku kesadaran menungsa maring perkara urip karo meninggal. Sing wis meninggal ganu ngelairna sing esih urip, sing esih urip mengkone nyusul sing wis mati(Sangkan Paraning Dumadi). Sadranan uga ngandung makna nek menungsa kuwe kudhune terus eling nek dheweke urip kuwe hakekate bebarengan karo ngenteni meninggal, kiye mangsude ben saben ngelakoni apa baen dong esih urip kudhu ngati-ati.

Sadranan  nang RW 5 Desa Banjarsari Wetan
Esuk – esuk jam 5 bar subuh, warga RW 5 Desa Banjarsari Wetan Kecamatan Sumbang Banyumas bareng bareng karo gawa ramesan nang gone umahe RT ne.
Sawise pada kumpul disampekna neng  bapak  ERTE maksud lan tujuane sadranan sanajan mungkin esih kurang, terus gawanane rames dibukaki lan diwaosaken donga.
Atis tur ya pada esih keton sayu mripate merga kaya esih ngantuk, ning ya pada keton semangat. Sadranan nang RW 5 tekan siki esih diuri – uri , seumutku ya urung ana pedote kawit mbiyen.   Kabeh mau ya mung diniati nguri – uri budaya utawa adat.
Muga – muga ya mbesuk kapan ya terus dilkoni, lewih – lewih ya dikembangna ben budaya utawi adat iki ora luntur sebab perkembangan jaman

Rabu, 10 Juni 2015



AKAL MANUSIA
HANYA MAMPU MENYINGKAP SEDIKIT SAJA RAHASIA ALAM

           Sebagai manusia, dengan kemampuan daya pikirnya, akal budinya, kadang terlalu sombong, seolah dengan kemampuan akalnya mampu menjawab semua rahasia alam ini, padahal sesungguhnya akal manusia hanya mampu menyingkap rahasia alam kurang dari 10% saja, artinya masih ada lebih dari 90% rahasia alam tetap tersimpan, sebagai rahasia yang hanya diketahui oleh yang maha mengetahui.
         Sebagai orang yang terbiasa berfikir secara rasional, pada awalnya menganggap bahwa, mengambil benda-benda pusaka ( keris,tumbak,mata cicin ) yang dilakukan dimaqom leluhur,tempat-tempat wingit, atau artefak situs sejarah yang lain, itu adalah tipuan ( bagian dari trik sulap atau black magic yang lain), yang bagi orang awam hanya sebuah ilusi atau kalau orang Malaysia bilang silap mata, tetapi dengan jalan budaya, lewat kegiatan yang dilakukan oleh teman-teman paguyuban budaya Raden Antakesuma,ternyata mampu membuka wawasan baru, yang mampu merubah presepsi awal, minimal oleh orang yang awam dalam dunia supranatural seperti saya sendiri.

                 
 
        Diawali dari sebuah pemikiran sederhana, banyak desa diSumbang yang mempunyai situs sejarah,maqom leluhur yang mampu menjadi kunci sejarah desa, tetapi keberadaannya tidak terurus,dibiarkan teronggok ditempat yang sunyi, tanpa ada kepedulian lingkungan yang memadai, alih-alih tempat ini dimuliakan, sudah kotor,tidak terawat, jarang didatangi, makin sedikit orang yang tahu keberadaan situs atau maqom itu, malah ada desa tertentu yang memiliki situs tetapi hampir semua masyarakat yang ada disekitarnya tidak mengetahui itu situs apa, karena orang yang mengetahui situs itu sudah meninggal puluhan tahun, sementara belum sempat menceritakan pada anak cucunya, sehingga terputus sudah informasi berharga tentang situs itu, tetapi hal utama ya kerena lingkungan tidak peduli pada situs itu, apalagi ada kepercayaan agama dari mashab tertentu yang menganggap bahwa memetri maqom tua, atau situs itu adalah laku musrik yang akan menuju jalan menyekutukan tuhan. Lengkap sudah bagi masyarakat lingkungan untuk tidak peduli pada situs,maqom tua yang ada, sehingga situs yang mestinya mampu sebagai penanda sejarah desa hanya menjadi batu kali yang teronggok, kotor, sunyi ditempat terpencil, tempat yang angker yang tidak boleh didatangi oleh manusia, orang yang datang dilokasi itu dianggap sebagai pemuja setan, yang menyembah watu kayu, atau predikat lain yang sebenarnya belum tentu benar.
          Sebagai orang yang awam dalam dunia supranatural, awalnya hanya mengikuti saja apa yang dilakukan teman-teman paguyuban, yang dimulai dikomplek  Astana Bingung, Banteran maqom mbah kyai Pinayung, kita diminta berdoa didepan maqom, untuk mendoakan para leluhur, memintakan maaf atas segala dosa dan kesalahan beliau pada saat masih hidup didunia, setelah itu diminta untuk membaca surat iklas  sebanyak yang kita mampu, itu saja yang kita lakukan, selebihnya hanya melihat dengan matakepala sendiri, salah satu pemimpin ritual membaca doa, dan bersiap dengan kuda-kuda ( seperti kuda-kuda silat ), dengan melakukan gerakan seperti jurus silat yang diakhiri dengan kuncian, yaitu gerakan telunjuk diarahkan ketanah, pada saat itu teman-teman paguyuban yang ditunjuk sebagai pembantu mulai mencari pada lokasi yang telah ditunjukan pemimpin ritual, dengan membuka dahan ranting atau sampah daun kering yang ada dilokasi itu. Bila ada benda tosan aji, maka teman-teman paguyuban katanya, ada daya yang tidak kasat mata, menarik tangan menuju lokasi benda itu, bila ada benda tosan aji telah teraba, salah satu rekan itu dengan melafalkan asma Alloh,dengan mengucap Allohuakbar, maka benda tosan aji ini mampu ditarik dari tanah dan dapat dilihat dengan mata telanjang orang awam seperti saya, maka wujud tosan aji itu berupa sebilah keris, tombak, atau benda wesi aji yang lain yang sangat bervariasi seperti tusuk konde, mata panah,uril,mahkota payung, cunduk mentul,mata cincin dan yang lain.
                             
 Gbr. Keris Brojol pamor        
    kulit semongko    
                 
 Gbr. Keris Panji Semedi pamor
 wos wutah 

Terlepas dari presepsi orang awam yang sangat beragam, tetapi dengan ikut melihat secara langsung dan tidak hanya sekali, tetapi sudah beberapa kali, akhirnya sedikit demi sedikit ada pemahaman baru, minimal mampu memahami bahwa mengambil benda-benda pusaka yang awalnya tidak kasat mata, itu bukan hal yang tidak mungkin bagi orang yang memang mempunyai kemampuan khusus untuk itu.
          Menurut teman yang memimpin ritual diatas, banyak orang yang mempunyai kemampuan seperti itu, dengan tingkatan kemampuan yang berbeda beda ( ada tingkatannya ) dan setiap orang juga mempunyai cara atau  tahapan yang berbeda, baik ubo rampe, atau ritual doa yang digunakan, sampai cara memperoleh benda gaib itu juga dengan cara yang berbeda-beda. Tetapi lepas dari variasi cara yang digunakan, secara umum dapat disimpulkan bahwa mengambil benda gaib, yang hanya mampu dilihat oleh orang tertentu yang punya kemampuan supranatural itu, ternyata benda gaib itu mampu diambil untuk mewujud secara nyata, menjadi benda yang kasat mata, dapat dilihat oleh orang awam.
           Mungkin seorang yang ahli mampu menjelaskan secara ilmiah proses diatas, yang mampu diterima secara nalar, secara rasional, tetapi bagi kita orang awam, cukup untuk bisa melihat secara langsung dan dapat diyaqinkan bahwa itu bukan tipuan atau rekayasa sulap.
          Yang pasti proses ini, menjadi bukti sekali lagi bahwa memang masih banyak hal yang tidak mampu dipecahkan hanya dengan akal pikiran manusia semata, yang sangat sulit bila dipikir secara rasional, misal bila benar keris diatas adalah ageman kyai Pinayung, bila kita mengikuti pakem pemahaman tentang dunia keris ( tosan aji ) adalah keris dapur Brojol, pamor ngulit semongko, tangguh Mataram sepuh, dan dibuat oleh empu keraton, bila melihat bahan besi dan campuran logam yang membentuk pamor itu, ternyata keris yang diambil secara gaib ini mampu untuk membantu memperkirakan masa hidup kyai Pinayung, yaitu pada awal abad 16, atau sejaman dengan kerajaan Mataram Panembahan Senopati, yang bila dihubungkan dengan babad Banyumas, adalah jaman Bupati Banyumas ke 2 yaitu Kyai Ngabei Mertopuro.
          Informasi ini kedepan dapat untuk membantu desa-desa mampu menemukan kembali alur sejarah yang terputus, karena tidak mampu menghubungkan sejarah tulis yang sudah ada, dengan bukti sejarah berupa situs-situs yang secara fisik ada didesa itu, tetapi kita belum mampu menghubungkan antara sejarah tulis dan situs yang ada itu, dengan dibantu teman-teman penggiat budaya yang mampu mengambil benda-benda pusaka itu maka ada beberapa keuntungan yang bisa kita manfaatkan dengan cara yang cerdas yaitu :
1.     Benda pusaka itu dapat menjadi bukti fisik yang mewujud secara nyata, ini untuk membantu orang yang awam ( orang yang tidak mampu melihat secara mata bathin/supranatural, dimana dalam satu komunitas, orang yang mampu melihat secara mata bathin tidak lebih dari 1%, artinya yang lain orang  awam jumlahnya ada 99%, jadi intinya dari seratus orang hanya satu yang mempunyai kemapuan supranatural, sementara yang 99 orang, ya hanya mampu melihat  benda pusaka itu bila telah mewujud.
2.     Benda pusaka diambil untuk bukti sejarah, bukti kebesaran masa lalu, jadi benda pusaka itu bukan untuk diminta tuah ( kesaktian ) dari benda itu, karena sebaiknya meminta apapun mestinya harus pada dzat yang maha tinggi yaitu Gusti Alloh saja.
3.     Benda pusaka itu dapat untuk membantu menentukan era tertentu, kapan benda pusaka ( terutama tosan aji ) karena dengan melihat dapur, pamor,bahan baku pembuat tosan aji, ini mampu untuk mengetahui tangguh ( perkiraan dibuat pada jaman apa ) benda itu, sehingga kita mampu memperkirakan masa hidup pemilik benda pusaka yang mampu menjadi bukti sejarah desa.
4.     Mampu menunjukan pada orang yang kadang terlalu sombong, bahwa dengan akal dan pikiran ( rasio ) saja, ternyata hanya mampu menyingkap sedikit saja rahasia alam, artinya masih begitu banyak masalah yang ada didunia ini yang tidak mampu dipecahkan oleh akal manusia, salah satunya adalah yang menyangkut benda-benda gaib, yang mampu mewujud secara nyata seperti diatas.
5.     Benda pusaka bisa digunakan oleh manusia untuk apa saja, tetapi dalam bingkai budaya, benda pusaka peninggalan para leluhur itu akan lebih mulia bila kita mampu merawat benda itu dengan baik, untuk membantu meng edukasi generasi penerus kita, untuk lebih memahami peninggalan jejak budaya nenek moyang bangsa kita terutama budaya Jawa, pada saat ini adik-adik yang sekolah dari PAUD, TK,SD,SMP dan SMA hanya berapa persen yang mengenal keris,tumbak padahal benda-benda ini mampu memberikan pemahaman betapa besar nilai seni dan budaya bangsa kita, pada masa lalu yang sudah ratusan tahun sudah mampu menciptakan benda pusaka yang secara seni dan budaya unggul dari hasil karya bangsa-bangsa lain. Ini bila mampu dikemas dengan baik akan mampu membantu generasi muda lebih menghargai sejarah dan mampu menambah rasa bangga pada hasil budaya bangsa sendiri, yang ternyata lebih unggul dari bangsa lain.
6.     Bila mampu mengumpulkan tosan aji yang berasal dari situs-situs yang tersebar didesa sendiri, nanti desa bisa mengiventarisir semua benda pusaka ( tosan aji ) atau benda lain yang mampu menjadi penanda era tertentu, dalam satu tempat dibuat museum desa, yang mampu untuk membimbing masyarakat dan generasi muda untuk mau menghargai jejak budaya dan seni yang sudah ada sejak jaman dahulu, diharapkan dengan mau menghargai warisan luhur nenek moyang sendiri, maka akan muncul rasa nasionalime, untuk bangga menjadi bangsa Indonesia negara kita tercinta.
         Masih banyak keuntungan lain yang didapat dari merawat benda pusaka milik nenek moyang kita, minimal kita telah mampu berkontribusi untuk dalam bidang yang saat ini sangat dibutuhkan, yaitu mengedukasi masyarakat dan generasi  muda yang makin kehilangan nasionalime dan jatidiri sebagai orang Jawa, sangat ironi nek wong Jawa ora ngerti Jawane, minimal dengan merawat tumbak dan keris, kita telah mampu memberi kontribusi positip untuk mau mengedukasi masyarakat lebih peduli pada yang telah kita miliki, yang telah hilang ditelan jaman, karena kurang kepedulian kita bersama.
         Semoga dengan jalan budaya, kita mampu menemukan lagi kejayaan bangsa ini, mari kita ingat jaman keemasan negeri ini, pada era Majapahit, era Sriwijaya, era Mataram, ingat bahwa kekuasaan kerajaan Mataram jaman Sultan Agung Anyokrokusumo, wilayahnya sampai ke Madagaskar di Afrika, ini sangat luar biasa dan era itu belum mampu kembali, tanpa tekad dan cita-cita yang besar negeri ini hanya akan jadi jajahan bangsa lain baik ekonomi, sosial atau budaya, dengan mau menengok kejayaan masa lalu, kita akan terinspirasi untuk berbuat yang lebih baik, minimal untuk desa kita, kecamatan kita, kabupaten kita Banyumas yang tercinta.
Sumbang, 08 Mei 2015
BKAD SUMBANG
Design by NewWpThemes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Templates | NewBloggerThemes.com | Modified by Rangga Setiawan